Photo Ilustrasi:Acehbisnis.com |
Jakarta, BAP.NET - Kasus Covid-19 di Indonesia semakin meluas. Yang membuat
semua ini terdengar lebih menakutkan adalah bahwa banyak ahli mengatakan
Indonesia bahkan belum selesai dengan gelombang pertama covid-19.
Saat ini, sudah empat
bulan lebih dari kasus positif covid-19 pertama terkonfirmasi di Indonesia.
Kapankah semua ini berakhir? Tak ada yang tahu.
Jika melihat tren yang
semakin meningkat barangkali kita harus bersiap dengan berbagai kemungkinan
bahwa bisa jadi pandemi ini masih akan lama berakhirnya.
Saya pun membayangkan,
bagaimana jika virus corona ini tidak pernah ada? Bagaimana jika semua virus
angkat kaki dari Bumi ini?
Ahli virus di
Universitas Otonomi Nasional Meksiko, Susana Lopez Charretón mengatakan
virus memainkan peran integral dalam menopang ekosistem.
“Kita hidup dalam
keseimbangan sempurna. Dan virus adalah bagian dari itu, saya pikir kita akan
‘selesai’ jika tidak ada virus,” ujar dia, dalam sebuah artikel yang dikutip
dari BBC.
Dia tidak membicarakan
virus corona secara spesifik. Dia berbicara secara umum. Saya pun mengamininya.
Bicara mengenai
corona, keberadaan virus ini barangkali untuk memberikan keseimbangan bagi
kehidupan kita.
Selama ini mungkin ada
hal yang tak seimbang dengan bumi atau dengan kehidupan manusia. Mungkin bumi
sudah terlalu banyak dieksploitasi demi kehidupan manusia, tapi manusia lupa
menjaga Bumi.
Eksploitasi berlebihan
menyebabkan banyak hal. Salah satunya suhu bumi yang meningkat serta perubahan
iklim. Para peneliti di Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengatakan bahwa
suhu tahunan rata-rata Bumi lebih tinggi lebih dari 1 derajat celcius lebih
tinggi dari pada tahun 1850-an. Ini adalah bukan kabar yang baik bagi Bumi
kita.
Covid-19 telah
menyebabkan krisis kesehatan dan ekonomi internasional yang parah, namun krisis
yang ditimbulkan dari perubahan iklim bisa lebih parah. Sebagai catatan, IMF
mengantisipasi total kerugian hingga 12 triliun dolar ( setara Rp 180
kuadriliun) hingga akhir tahun 2021 karena corona. Sebuah angka yang besar
sekali,
Namun, kegagalan
untuk mengatasi perubahan iklim dapat mengancam kesejahteraan manusia,
ekosistem dan ekonomi selama berabad-abad. Perubahan iklim akan mengganggu
produksi pangan dan memicu berbagai bencana alam. Dampak kerugiannya juga besar
sekali.
IMF pun mendesak agar
solusi penanganan corona juga bisa dilakukan secara berkelanjutan. Kita sudah
rugi besar, jangan sampai usaha kita untuk bangkit dari kerugian saat ini akan
berdampak pada kerugian yang lebih besar lagi di masa depan.
Dalam sebuah studi
lain, Program lingkungan PBB UNEP mengingatkan ancaman penyakit yang ditularkan
dari hewan ke manusia (dan berpotensi pandemi) meningkat di masa depan jika
manusia tidak menjaga keseimbangan alam.
Bahasa sederhananya,
di masa depan, jika alam kita semakin rusak penyakit seperti covid-19 akan
lebih sering terjadi di masa depan. Apa korelasinya?
Jika alam rusak akan
menyebabkan terganggunya dunia satwa. Jika dunia binatang terganggu ini akan
mempengaruhi cara interaksi manusia dan hewan. Perubahan interaksi ini
menjadikan penularan penyakit menjadi lebih besar.
Sebagai informasi,
berdasarkan data PBB UNEP selama dua dekade terakhir penyakit zoonosis
menyebabkan kerusakan ekonomi 100 miliar dolar AS (Rp 1.450 triliun). Catatan
ini tidak menyertakan kerugian dari penyakit covid-19.
Laporan ini memberikan
rekomendasi strategi pemerintah tentang bagaimana mencegah wabah. Untuk
mencegah wabah di masa depan, kita harus menjadi lebih berhati-hati dalam
melindungi lingkungan alam kita. Secara konkret, PBB memberikan rekomendasi
untuk perlunya memberikan insentif pengelolaan lahan berkelanjutan, dan
meningkatkan keanekaragaman hayati.
Semoga Indonesia memiliki solusi yang pas untuk menangani corona dan juga perubahan iklim.
Sumber
|
:
|
Republika/acehbisnis.com |