-->

Belajar Mengaji di Tegah Pandemi Tetap Menjaga Prokes

Redaksi author photo

Photo: Santri Saat Belajar Mengaji

Aceh Timur, BAP--Menerapkan protokol kesehatan mencegah penularan Covid-19 di Dayah pesantren penuh tantangan.

Mulai dari jumlah santri yang besar, fasilitas yang terbatas, dan tentunya budaya di lingkungan Dayah pesantren itu sendiri. 

Dengan jumlah total santri mencapai 505 orang, tentu tidak mudah bagi pengasuh dan para pimpinan Dayah Pesantren Baitul Huda Al-Aziziyah di Kecamatan Madat, Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh.

Untuk menerapkan protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19. Khususnya untuk menjalankan jaga jarak atau physical distancing.

Apa lagi Dayah pesantrennya kembali menerima santri tidak lama setelah lebaran dan ajaran baru, 2020 lalu, bahkan sampai sekarang Dayah Pesantren Baitul Huda Al-Aziziyah masih menerima Santri baru.

Tgk Muksin H Ibrahim Pimpina Dayah mengaku saat itu momentumnya tepat. Yaitu ketika kasus Covid-19 di masyarakat masih belum terlalu meluas. Sehingga potensi adanya santri membawa virus Covid-19 ke dalam lingkungan pondok menjadi lebih kecil.

Apalagi Dayah Baitul Huda Al Aziziyah Gampong Paya Naden Kacamatan Madat, Kabupaten Aceh Timur merupakan dayah Tangguh Covid 19, dan pernah dikunjungi Kepala satuan tugas Covid-19 Provinsi Aceh untuk meninjau, Dayah itu diklaim oleh Timgugus Provinsi Aceh Dayah terbersih dan aman dari Covid-19.
 
Ketika mulai menerima santri saat itu, seluruhnya tidak menjalani rapid test karena keterbasan fasilitas. Di harapkan nantinya seluruh santri agar difasilitasi oleh pemerintah untuk di vaksin-vasinasi seluruh santri.

Tgk Muksin H Ibrahim akrap disapa Waled itu kepada beritaacehpoe.net menjelaskan bahwa ditengah pandemi ini berupaya keras untuk menerapkan Prokes. Selain masker santri wati di wajibkan memakai cadar, untuk santri pria di wajibkan pakai masker, peraturan itu juga berlaku bagi keluarga santri yang mengunjung ke Dayah yang di pimpinnya itu.

Untungnya hampir seluruh ustad dan ustadzah bermukim di dalam lingkungan pesantren. Sehingga tidak berpotensi menjadi pembawa virus dari luar pondok. Kemudian setiap kegiatan pendidikan, para santri dan satriwati diminta jaga jarak serta menggunakan masker.

Contohnya ketika pelaksanaan pengajian. Sehari ada tiga kali pengajian. Pagi, sore, dan malam. Pada pagi hari itu misalnya, para santri sudah berjajar rapi dengan menjaga jarak dari santri lainnya.

Selain itu mereka disiplin menggunakan masker. Waled  menjelaskan bahwa para santri dan satriwati sekarang sudah mulai terbiasa menjalankan protokol kesehatan.

Menurut nya yang paling berat adalah menerapkan protokol kesehatan di kamar. Rata-rata setiap kamar dihuni 15 orang. Waled mengatakan pesantaren menerapkan kebijakan khusus.

Kebijakan itu diantaranya adalah jika ada santri yang menunjukkan gejala flu seperti demam, pilek, atau batuk, langsung diambil dari kamarnya. ’

’Kemudian diisolasi di ruangan khusus. Antisipasi supaya tidak menular ke yang lainnya selain itu Program 3M tetap kita jaga, walau itu sangat terbatas fasilitas nya,’’ jelasnya.

Dirinya berharap pandemi Covid-19 cepat berlalu. Pandemi Covid-19 yang belum kunjung hilang, membuat jadwal pesantren berbeda dengan situasi normal.
 
Namun demikian Ketentuan lainnya adalah orang tua atau wali santri tetap di perbolehkan bertemu dengan anak-anaknya. Bisanya seminggu tiga kali orang tua santri bisa melepas kangen di pesantren, jam bertamu sudah di batasi, tidak seperti biasanya.

Orang tua Wali bertemu dengan anak-anaknya itu hanya saat mengantarkan bekal kebutuhan yang dibutuhkan anak-anaknya,  itu pun yang masih memiliki orang tuanya, karena di Dayah itu umumnya Santri tidak mrmiliki kedua orang tuanya atau yatim piyatu.

Tetapi meskipun masih diberi kesempatan bertemu, dengan menjaga protokol kesehatan, oertemuan di ruang tamu yantelah di sediakan pihah pesantren itu sendiri.

Istanjoeng

Share:
Komentar

Berita Terkini