-->

Nizam Seorang Juru Parkir Yang Taat Prokes

Redaksi author photo

Photo: Areal Parkir

Hari masih pagi ketika Nizam baru saja mengantarkan anaknya ke sekolah. Dari sana ia langsung menuju jalan Asia tempat ia sehari-hari beraktifitas sebagai Juru Parkir. Jalan Asia berada dalam kawasan pusat perbejaan Panton Labu, Aceh Utara.

Dari bagasi Vario bututnya keluaran 2009, Nizam mengeluarkan perlengkapan kerja. Ada topi, sarung tangan dan rompi juru parkir yang ia kenakan satu-satu.

Ia menggantung peluit di lehernya sebagai alat pemberi aba-aba utama untuk petugas parkir.

Ketika selesai dengan kostumnya, hanya seputaran matanya yang tampak karena sejak dari rumah ia memakai masker sebagai perlindungan diri dari virus corona yang saat ini sedang gencar menghantui semua orang di seluruh dunia.

Meski sebagai pekerja lepas, Nizam sangat memperharikan proteksi diri, karena ia sadar, ia berinteraksi dengan banyak orang di pasar. Nizam tidak ingin berpotensi terpapar dari kerumunan lalu ia membawa sumber penyakit itu ke rumah di mana ia banyak menghabiskan waktu bersama istri dan 4 anaknya.

Nizam selalu menaruh perlengkapan kerjanya di bagasi motor sebelum tiba di rumah atau begitu habis bekerja jika ia mau menjemput anaknya yang belajar di TPA di sudut kota Panton Labu. Ia selalu memastikan ketersediaan sabun di rumah agar ia dan anak-anaknya dapat mencuci tangan ketika pulang sebelum memeluk anaknya yang paling kecil.

Bagi Nizam, masker memberinya manfaat ganda. Selain proteksi diri dari sebaran virus corona, masker juga membantu jalur pernafasannya terjaga. Ia menderita sesak nafas sejak 5 tahun lalu.

Tapi sayangnya, di pekerjaannya, terik dan debu jalanan adalah hal biasa. Tentu saja tidak baik bagi kesehatannya, namun ini satu-satunya peluang yang ia miliki agar dapat bekerja tidak jauh dari rumah, karena ia khawatir sewaktu-waktu asmanya kambuh ia dapat mencapai rumah dengan cepat dan Laila, istrinya akan cepat menyiapkan segala kebutuhan obat standarnya yang memang sudah distok.

Sebagai juru parkir, Nizam rata-rata memperoleh pendapatan 100ribu per hari setelah berbagi hasil dengan pihak otorita setempat. Itu pun jika ia bekerja penuh waktu sampai sore.

Dengan penghasilan itu dia menghidupi keluarganya. Minimal 2 kali dalam seminggu atau saat pendapatannya agak lumayan di hari-hari pasar sibuk atau rame, Nizam membeli buah-buahan untuk anak-anaknya.

Nizam tidak mengeluh, karena ia sadar pandemi ini telah mengakibatkan banyak orang terpuruk, di PHK, usahanya bangkrut, pabrik-pabrik tutup dan sebagainya. Hanya satu cara untuk menatap masa depan, yaitu tetap bekerja dan berusaha.

Ia sendiri terdampak karena minimnya daya beli masyarakat dan akibatnya orang tidak ramai di pasar. "Tentu tidak rame yang parkir, hehe," candanya di penghujung pembicaraan.

Sebagaimana orang kebanyakan, Nizam juga berharap agar wabah ini cepat berlalu dan keadaan menjadi normal kembali supaya geliat ekonomi masyarakat akan pulih.

Istanjoeng

Share:
Komentar

Berita Terkini