-->

Minimnya Pengawasan BPMA, CSR PT Medco Abaikan Partisipasi Warga

Redaksi author photo
Oleh: Usman Lamreung.
Beritaacehpoe.net-Perusahaan minyak dan gas PT Medco E&P Malaka melalui dana CSR membuat program pemberdayaan terhadap masyarakat dengan program Padi Sri, Tanaman Obat Keluarga (TOGA) Sayuran Organik (SORGA) yang terbengkalai dan ditinggalkan oleh konsultan pendamping Yayasan Aliksa akibat Covid-19, pendamping di rumahkan. 

Namun jika ada pendamping pun, ke tiga program tersebut juga sudah kurang diminati oleh petani karena warga tidak mendapatkan nilai tambah.

Kegiatan program CRS tersebut dilaksanakan di gampong Blang Nisam dan Alue Itam Kecamatan Indra Makmu Kabupaten Aceh Timur, menuai banyak kritikan masyarakat. 

Program CSR ini yang dimandatkan pada Consultan Yayasan Aliksa menurut hemat kami tidak begitu serius melakukan pendampingan, soalnya program belum selesai namun mereka tidak lagi mendampingi, sehingga program Padi Sri.

Tanaman Obat Keluarga (TOGA) Sayuran Organik (SORGA) gagal. Salah satu kegagalan adalah consultan tidak mendampingi sampai ke proses markting atau pemasaran, sehingga produk hasil tanaman tersebut tidak mampu menambah penghasilan petani.

Program CRS PT. Medco, tidak dilakukan monitoring dan evaluasi oleh Badan Pengelolaan Migas Aceh (BPMA), buktinya dari pernyataan humas BPMA di salah satu media menyebutkan bahwa mereka tidak mengetahui berapa jumlah dana CSR yang dialokasikan pada program tersebut. 

Kemudian humas BPMA menyampaikan bahwa program CSR PT Medco dilakukan dengan metode Participatory Rural Appraisal (PRA). Padahal program CSR yang dilaksanakan Yayasan Aliksa adalah Padi Sri, Tanaman Obat Keluarga (TOGA) Sayuran Organik (SORGA), ketiga program tersebut lahir bukan dari perencanaan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) melainkan progran Yayasan Aliksa. 

Jadi apa yang disampaikan oleh humas BPMA tidak sejalan, dan menyimpang dengan apa yang terjadi dilapangan. 

Participatory Rural Appraisal (PRA), sebuah metode yang menekankan pentingnya partisipasi warga. Masyarakat berperan dalam mengindetifikasi masalah, kebutuhan dan sebagainya, sehingga warga akan merasakan sebagai pemilik program CSR. 

Bukan sebagai pelaksana yang akan meninggalkan program tersebut ketika di tinggalkan oleh pendamping.

Nah melihat kasus CSR PT Medco, kami menyakini program seperti Padi Sri, Toga,Sorga dan Peternakan Domba, tidak lahir dari usulan warga, melainkan program dari "langit" yang dibawa oleh konsultan Yayasan Aliksa. Warga hanya sebagai objek, dan pelaksana dari program tersebut. 

Tentunya pernyataan humas BPMA bertolak belakang dan tidak memahami masalah dilapangan. Jadi sudah seharusnya BPMA sering dan rajin turun ke lapangan, tidak selalu kerja dibelakang meja.

Kami berharap metode Participatory Rural Appraisal (PRA), agar benar-benar dilakukan dan tidak dimanipulasi proses dan tahapannya, sehingga akan melahirkan program-program CSR yang transparans, partisipatif.

Dan akomondatif,sehingga perubahan sosial sebagai tujuan akhir dari program pemberdayaan masyarakat sekitar tambang dapat tercapai.

Penulis adalah Pemerhati Pembangunan Aceh
Share:
Komentar

Berita Terkini